Demi
mengatasi pemenuhan kehidupan ekonomi yang semakin luas di Indonesia,
pemerintah belum lama ini mengeluarkan sistem Peralihan dari minyak tanah ke
gas elpiji 3kg/melon yang saat ini telah berhasil dijalankan di kota Jakarta. .Program konversi Minyak Tanah ke LPG
yang sudah menjangkau hampir sekitar 48 juta Kepala Keluarga (KK) dan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) di hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan program
konversi energy terbesar di dunia. Baik dalam besaran ekonomi maupun jangkauan
wilayah dan sasaran program. Bahkan, pasar LPG dunia mengikuti secara cermat
pelaksanaan program konversi energi ini. Sebab, program konversi Minyak Tanah
ke LPG yang dilakukan Indonesia akan mempengaruhi neraca LPG dunia.
Pemakaian
LPG menggantikan Minyak Tanah telah terbukti memberikan keuntungan ekonomis.
Pemakaian LPG yang memiliki nilai kalori sebesar 11.254,61 Kcal/Kg (Minyak
Tanah sebesar 10.478,95 Kcal/Kg) dengan kesetaraan satu liter Minyak Tanah
setara 0,57 Kg LPG, pemakaian LPG memberikan penghematan sekitar Rp 16.500
hingga Rp 29.250 bagi setiap KK yang menjadi sasaran program konversi ini.
Sedang bagi negara hingga saat ini telah memberikan penghematan sekitar Rp 25
Triliun.
Pada survey yang dilakukan secara acak oleh PT Pertamina,
untuk setiap KK pemakai LPG 3 Kg rata-rata menghabiskan untuk waktu 6 hari. Ini
menunjukan bahwa setiap KK membakar LPG sekitar 0,5 Kg setiap hari. Pamakaian
atau konsumsi LPG akan semakin besar bagi UKM, seperti para pedagang keliling
maupun warung. Bahkan tidak sedikit yang menghabiskan satu unit LPG 3 Kg untuk
setiap hari. Meski demikian juga terdapat pengguna rumah tangga yang
menghabiskan LPG 3 Kg lebih dari 6 hari.

Selain itu, pemakaian elpiji untuk rumah tangga lebih
praktis, efisien, lebih bersih, dan lebih menyenangkan. Upaya mendorong
masyarakat, khususnya lapisan menengah bawah untuk memakai elpiji dapat juga
dilihat sebagai upaya meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
bisa menikmati jenis energi yang bersih ini tentu tidak hanya mereka dari
kelompok menengah atas, tetapi juga kelompok menengah ke bawah.
Sebenarnya, selain alasan ekonomis, konversi Minyak Tanah ke
LPG juga memberikan keuntungan lain berupa pemakaian energy yang bersih dan
ramah lingkungan. Maklum, dibanding Minyak Tanah, pemakaian LPG tak hanya lebih
murah karena memiliki nilai kalori lebih tinggi namun juga lebih bersih.
Pembakaran LPG tidak menghasilkan asap dan relatif tidak berbau. Sedang
pembakaran Minyak Tanah yang mengandung karbon selain menghasilkan asap juga
memproduksi gas karsiogenik.
Pemerintah mengawasi secara ketat produksi tabung
dan kompor gas. Hal ini dilakukan agar tabung gas yang diberikan kepada masyarakat
tidak mudah bocor dan terbakar. Pemerintah juga mengawasi secara ketat pasokan
minyak tanah ke masyarakat agar tidak terjadi penimbunan minyak tanah.
Namun, implementasinya ternyata menimbulkan berbagai
dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat. Konversi minyak tanah ke
elpiji (liquefied petroleum gas) ternyata banyak terjadi penyimpangan
Daerah-daerah yang menjadi target konversi mengeluh karena tiba-tiba minyak
tanah menghilang. Jikapun ada, harganya mahal, sekitar Rp 6.000-an, karena tak ada
lagi subsidi. Di berbagai wilayah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, banyak
rakyat miskin dan pedagang kecil kelabakan karena depo minyak menghilang.
Padahal minyak tanah masih sangat dibutuhkan rakyat miskin yang tak mampu
membeli gas, meski tabung gas berisi tiga kilogram elpiji sudah diberikan
gratis oleh pemerintah.
Dari aspek ini, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji akan
menimbulkan berbagai konflik sosial. Konflik merupakan proses sosial yang
dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya
disertai ancaman dan kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik
adalah karena adanya :
1. Perbedaan Antarindividu, yaitu perbedaan pendirian
dan perasaan memungkinkan timbulnya bentrokan-bentrokan antarindividu atau
antar kelompok.
2. Perbedaan Kebudayaan, yaitu perbedaan kepribadian
seseorang bergantung pada pola kehidupan yang menjadi latar belakang
pembentukan dan perkembangan kepribadian.
3. Perkembangan Kepentingan, yaitu perbedaan
kepentingan antarindividu dan kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan.
Wujud kepentingan yang berbeda, misalnya perbedaan kepentingan ekonomi dan
politik
4. Perubahan Sosial, yaitu perubahan sosial yang
berlangsung cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat.
Dampak Sosial Ekonomi Terhadap
Masyarakat
Banyak sekali dampak terhadap masyarakat yang
disebabkan oleh konversi minyak tanah ke gas. Salah satunya adalah naiknya
harga barang-barang kebutuhan bahan pokok disebabkan oleh langkanya minyak
tanah di pasar. Naiknya harga barang-barang di pasar menyebabkan masyarakat
menengah kebawah merasa tercekik oleh kebijakan konversi tersebut. Banyak warga
masyarakat yang kembali memakai kompor minyak tanah setelah elpiji 3 kg itu
habis. Bahkan, ada yang kembali ke minyak tanah, karena takut menggunakan
kompor elpiji. Apalagi sempat diberitakan ada kompor dan botol elpiji 3 kg yang
bocor, sehingga menimbulkan kecelakaan.
Sesungguhnya, kebijakan tersebut sudah terkonsep dengan baik
seperti mengurangi pertambangan minyak
Indonesia yang menipis, serta menjaga lingkungan rumah tangga yangb lebih
bersih. Namun masih banyak masyarakat yang takut dalam penggunaan gas elpiji
3kg ini seperti kasus dalam http://www.tempo.co/read/news/2013/09/23/083515719/Kebakaran-di-Kemang-Akibat-KebocoranTabung-Gas
disinyalir dalam kasus berita tersebut terdapat tiga ruko terbakar karena
bocornya tabung gas. Seharusnya pemerintah lebih teliti dalam memantau keamanan
produksi gas tersebut, lebih banyak memberikan iklan cara penggunaan yang aman
dalam pemasangan gas tabung tersebut, dan masyarakat itu sendiri lebih
berhati-hati dalam penggunaan gas tabung tersebut sehingga tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan.
Pemakaian LPG yang kini
menggantikan Minyak Tanah pada masyarakat sasaran program konversi secara nyata
telah ikut menekan emisi gas karbon. Program yang semula lebih berorientasi
ekonomi ini telah memberikan sumbangan pelaksanaan CDM di tanah air. Meski
tidak besar, sumbangan pengurangan emisi gas karbon pada konversi Minyak Tanah
ke LPG membuktikan bahwa upaya melaksanakan kegiatan yang membuat lingkungan
hidup lebh bersih dan sehat terbukti tidak selamanya merugikan secara ekonomi.
Bahkan sebaliknya mampu mendatangkan nilai ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar