Selasa, 17 Juni 2014

Kebijakan Pemerintah tentang beralihnya Minyak tanah ke Gas Elpiji

Demi mengatasi pemenuhan kehidupan ekonomi yang semakin luas di Indonesia, pemerintah belum lama ini mengeluarkan sistem Peralihan dari minyak tanah ke gas elpiji 3kg/melon yang saat ini telah berhasil dijalankan di kota Jakarta. .Program konversi Minyak Tanah ke LPG yang sudah menjangkau hampir sekitar 48 juta Kepala Keluarga (KK) dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan program konversi energy terbesar di dunia. Baik dalam besaran ekonomi maupun jangkauan wilayah dan sasaran program. Bahkan, pasar LPG dunia mengikuti secara cermat pelaksanaan program konversi energi ini. Sebab, program konversi Minyak Tanah ke LPG yang dilakukan Indonesia akan mempengaruhi neraca LPG dunia.
Pemakaian LPG menggantikan Minyak Tanah telah terbukti memberikan keuntungan ekonomis. Pemakaian LPG yang memiliki nilai kalori sebesar 11.254,61 Kcal/Kg (Minyak Tanah sebesar 10.478,95 Kcal/Kg) dengan kesetaraan satu liter Minyak Tanah setara 0,57 Kg LPG, pemakaian LPG memberikan penghematan sekitar Rp 16.500 hingga Rp 29.250 bagi setiap KK yang menjadi sasaran program konversi ini. Sedang bagi negara hingga saat ini telah memberikan penghematan sekitar Rp 25 Triliun.
Pada survey yang dilakukan secara acak oleh PT Pertamina, untuk setiap KK pemakai LPG 3 Kg rata-rata menghabiskan untuk waktu 6 hari. Ini menunjukan bahwa setiap KK membakar LPG sekitar 0,5 Kg setiap hari. Pamakaian atau konsumsi LPG akan semakin besar bagi UKM, seperti para pedagang keliling maupun warung. Bahkan tidak sedikit yang menghabiskan satu unit LPG 3 Kg untuk setiap hari. Meski demikian juga terdapat pengguna rumah tangga yang menghabiskan LPG 3 Kg lebih dari 6 hari.





Selain itu, pemakaian elpiji untuk rumah tangga lebih praktis, efisien, lebih bersih, dan lebih menyenangkan. Upaya mendorong masyarakat, khususnya lapisan menengah bawah untuk memakai elpiji dapat juga dilihat sebagai upaya meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Masyarakat yang bisa menikmati jenis energi yang bersih ini tentu tidak hanya mereka dari kelompok menengah atas, tetapi juga kelompok menengah ke bawah.
Sebenarnya, selain alasan ekonomis, konversi Minyak Tanah ke LPG juga memberikan keuntungan lain berupa pemakaian energy yang bersih dan ramah lingkungan. Maklum, dibanding Minyak Tanah, pemakaian LPG tak hanya lebih murah karena memiliki nilai kalori lebih tinggi namun juga lebih bersih. Pembakaran LPG tidak menghasilkan  asap dan relatif tidak berbau. Sedang pembakaran Minyak Tanah yang mengandung karbon selain menghasilkan asap juga memproduksi gas karsiogenik.
Pemerintah mengawasi secara ketat produksi tabung dan kompor gas. Hal ini dilakukan agar tabung gas yang diberikan kepada masyarakat tidak mudah bocor dan terbakar. Pemerintah juga mengawasi secara ketat pasokan minyak tanah ke masyarakat agar tidak terjadi penimbunan minyak tanah.
Namun, implementasinya ternyata menimbulkan berbagai dampak negatif  yang sangat merugikan masyarakat. Konversi minyak tanah ke elpiji (liquefied petroleum gas) ternyata banyak terjadi penyimpangan Daerah-daerah yang menjadi target konversi mengeluh karena tiba-tiba minyak tanah menghilang. Jikapun ada, harganya mahal, sekitar Rp 6.000-an, karena tak ada lagi subsidi. Di berbagai wilayah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, banyak rakyat miskin dan pedagang kecil kelabakan karena depo minyak menghilang. Padahal minyak tanah masih sangat dibutuhkan rakyat miskin yang tak mampu membeli gas, meski tabung gas berisi tiga kilogram elpiji sudah diberikan gratis oleh pemerintah.
Dampak Konflik yang terjadi
Dari aspek ini, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji akan menimbulkan berbagai konflik sosial. Konflik merupakan proses sosial yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya disertai ancaman dan kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik adalah karena adanya :
1. Perbedaan Antarindividu, yaitu perbedaan pendirian dan perasaan memungkinkan timbulnya bentrokan-bentrokan antarindividu atau antar kelompok.
2. Perbedaan Kebudayaan, yaitu perbedaan kepribadian seseorang bergantung pada pola kehidupan yang menjadi latar belakang pembentukan dan perkembangan kepribadian.
3. Perkembangan Kepentingan, yaitu perbedaan kepentingan antarindividu dan kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingan yang berbeda, misalnya perbedaan kepentingan ekonomi dan politik
4. Perubahan Sosial, yaitu perubahan sosial yang berlangsung cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
 Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat
Banyak sekali dampak terhadap masyarakat yang disebabkan oleh konversi minyak tanah ke gas. Salah satunya adalah naiknya harga barang-barang kebutuhan bahan pokok disebabkan oleh langkanya minyak tanah di pasar. Naiknya harga barang-barang di pasar menyebabkan masyarakat menengah kebawah merasa tercekik oleh kebijakan konversi tersebut. Banyak warga masyarakat yang kembali memakai kompor minyak tanah setelah elpiji 3 kg itu habis. Bahkan, ada yang kembali ke minyak tanah, karena takut menggunakan kompor elpiji. Apalagi sempat diberitakan ada kompor dan botol elpiji 3 kg yang bocor, sehingga menimbulkan kecelakaan.
Sesungguhnya, kebijakan tersebut sudah terkonsep dengan baik seperti mengurangi pertambangan  minyak Indonesia yang menipis, serta menjaga lingkungan rumah tangga yangb lebih bersih. Namun masih banyak masyarakat yang takut dalam penggunaan gas elpiji 3kg  ini seperti kasus dalam http://www.tempo.co/read/news/2013/09/23/083515719/Kebakaran-di-Kemang-Akibat-KebocoranTabung-Gas disinyalir dalam kasus berita tersebut terdapat tiga ruko terbakar karena bocornya tabung gas. Seharusnya pemerintah lebih teliti dalam memantau keamanan produksi gas tersebut, lebih banyak memberikan iklan cara penggunaan yang aman dalam pemasangan gas tabung tersebut, dan masyarakat itu sendiri lebih berhati-hati dalam penggunaan gas tabung tersebut sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Pemakaian LPG yang kini menggantikan Minyak Tanah pada masyarakat sasaran program konversi secara nyata telah ikut menekan emisi gas karbon. Program yang semula lebih berorientasi ekonomi ini telah memberikan sumbangan pelaksanaan CDM di tanah air. Meski tidak besar, sumbangan pengurangan emisi gas karbon pada konversi Minyak Tanah ke LPG membuktikan bahwa upaya melaksanakan kegiatan yang membuat lingkungan hidup lebh bersih dan sehat terbukti tidak selamanya merugikan secara ekonomi. Bahkan sebaliknya mampu mendatangkan nilai ekonomi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar