I.
Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan
antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Melalui
proses penalaran, kita dapat sampai pada kesimpulan yang berupa asumsi,
hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh
kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Dengan kata lain,
penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan.
Penalaran
mempunyai ciri-ciri yaitu :
1.
dilakukan dengan sadar
2.
didasarkan oleh sesuatu yg sudah d ketahui
3.
sistematis
4, terarah
dan bertujuan
5.
menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan dan sikap terbaru
6. sadar
tujuan
7. premis
berupa pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang di dapatkan
8. pola
pemikiran tertentu
9. sifat
empiris nasional
Syarat-syarat
kebenaran dalam penalaran
Jika
seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat
dipenuhi. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki
seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara
formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat,
diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti
isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
I.a Penalaran Deduksi
Penalaran
deduktif proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap
yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Mudahnya
adalah mencari kebenaran dari hal-hal yang bersifat umum. Proses penalaran ini
disebut Deduksi.
Macam-macam
penalaran deduktif:
·
Menggunakan silogisme
Silogisme
adalah proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contoh:
Premis mayor / premis umum: semua
orang akan mati
Premis minor / premis khusus : udi
adalah orang
Konklusi / kesimpulan : udi akan mati
·
Menggunakan entinem
Entinem
adalah penalaran deduksi secara langsung, premisnya dihilangkan atau tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Ikan
memerlukan air
Di gurun
pasir tidak ada air
Digurun
pasir tidak mungkin ada ikan
I.b Penalaran Induksi
Induksi adalah penalaran yang
menuntun pembaca pada suatu kesimpulan dengan memulai menyebutkan
peristiwa-peristiwa khusus untuk menuju pada simpulan umum.
Macam-macam penalaran induktif:
·
Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau
sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri-ciri esensial,
bukan rincian. Dalam pengenmbangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan
fakta, contoh, data statistic, dan lain-lain.
Contoh:
Jika dibakar plastic akan meleleh,
Jika dibakar sedotan akan meleleh,
Jika dibakar ember akan meleleh,
Jika dibakar botol akan meleleh,
Jadi jika benda plastic dibakar akan meleleh
·
Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaannya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat
khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Contoh:
Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih.
Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang
diterimanya seperti kertas putih dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan
keinginan pemiliknya.
Bila bayi didik dengan baik maka akan seperti kertas yang terisi
dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Jadi membentuk kepribadian baik seorang anak, ibarat menulis
kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.
Daftar Pustaka
: